Kamis, 04 Agustus 2016

Tips Untuk Berdebat Bukan berarti mengalah itu kalah

Jika Harus Terlibat Perdebatan

Tentu ada situasi dimana mau tak mau kita harus berdebat. Mengapa? Karena kita sudah menetapkan dan memilih perdebatan kita. Dalam hal ini alasannya bisa jadi sangat personal, bisa juga karena atas tekanan hukum atau berada dalam situasi lain yang tidak dapat menolak perselisihan atau perdebatan.

Dalam forum resmi perdebatan seharusnya tampil elegan, dimana publik secara langsung akan mampu menilai dengan laku, mimik, logika dan argumen yang dilemparkan oleh masing - masing pihak. Menurut saya, profesi guru, dosen, pengacara dan pemimpin harus mampu melakukan debat elegan. Dan profesi - profesi lain juga seharusnya mampu berdebat sejauh berada dalam bidang profesionalisme yang sama. Ya maaf saja, kalau dokter jangan berdebat dengan tukang beca!

Ada beberapa perilaku dalam perdebatan yang patut dicermati.

1. Sikap Lembut dan Tenang

Tidak perlu berteriak dalam berdebat. Dengan asumsi tidak ada yang tuli, tidak perlu ngotot. Gunakan cara yang persuasif bukan agresif. Perdebatan seharusnya dimenangkan oleh argumen yang paling tepat dan masuk akal.

2. Tempatkan Lawan Bicara Bersisian Pada Posisi Anda

Berkatalah dengan baik dan bijak. Posisikan lawan Anda bersisian dengan Anda. Katakan bahwa Anda yakin mereka akan setuju dengan hal – hal yang sifatnya mendasar terlebih dahulu. Jangan tempatkan diri Anda pada posisi berhadapan dan siap serang.

3. Jangan Menyerang

Langsung mengatakan “Anda salah besar!” atau “Anda Bodoh!” Tentunya akan sangat menjengkelkan bagi orang yang mendengar hal tersebut. Sebaliknya Anda harus mampu mengedepankan logika dan argumen yang masuk akal secara jelas dan berurutan, bukan langsung menyerang. Kalah – menang urusan nanti, setidaknya cara berbicara Anda akan menunjukkan siapa Anda. Keseluruhan dari IQ, EQ dan SQ Anda.

4. Jangan Kasar

Jangan sekali – kali berkata kasar sekalipun lawan bicara Anda demikian, memanggil Anda dengan julukan yang tak pantas. Disini fungsi kontrol emosi Anda harus dijalankan. Semakin kasar lawan bicara Anda, semakin nampak bahwa sesungguhnya ia kehilangan fakta untuk mendebat Anda lebih lanjut, Anda boleh tersenyum dan menahan diri.

5. Samakan Persepsi Mendasar

Jika persepsi mendasar saja sudah tidak sama, untuk apa berdebat tentang hal yang lebih sempit atau menjurus sifatnya? Ini seperti orang Cina bercakap dengan bahasa mandarin dan orang Arab menjawab dalam bahasa Arab. Jika, orang Cina dan Arab itu masing – masing dapat bercakap dalam bahasa Inggris walau sangat minim, masih ada titik terang untuk berlanjut! “Me – You – Talk.”

6. Konsisten Pada Topik Debat

Sudah lumrah dalam perdebatan yang kian memanas, salah satu atau kedua belah pihak kemudian saling mengucapkan hal – hal yang diluar topik utama. Sekalipun ingin meledak marah ketika lawan debat mengucapkan “Gue tau loe anak siapa!” acuhkan saja, fokus kembali pada inti perdebatan yang beretika.

7. Berikan Pertanyaan

Dalam perdebatan tanyakan pada lawan debat Anda. Hal – hal yang sifatnya mengarah pada kebenaran dan hal – hal yang logis, mendukung argumen Anda. Bisa dimulai dengan pertanyaan, “Dapatkah Anda contohkan?” Atau “Apakah menurut Anda hal tersebut masuk diakal?” Jika lawan bicara Anda mulai kesal karena kebenaran mulai terungkap, artinya Anda juga sudah mendekati kemenangan.

8. Berdiam Dirilah

Jika setelah mengemukakan argumen berdasarkan fakta yang kuat dan lawan bicara Anda masih saja tak mau mengalah, bahkan terus membombardir Anda dengan segala argumennya sendiri, berdiam dirilah! Banyak perdebatan yang dimenangkan justru tanpa berdebat sama sekali.

9. Kenali Fakta

Kenali fakta dengan baik. Jangan memperdebatkan sesuatu yang tak jelas apalagi ngawur, faktanya harus ada. Berdebatlah jika Anda sungguh tahu medan permainan dan fakta kebenaran.

10. Akui Jika Anda dikalahkan

Jika semua fakta yang Anda kumpulkan relevan, seharusnya Anda menang. Namun ada kalanya lawan bicara Anda mampu mengemukakan fakta yang lebih baik dan bahkan menyudutkan Anda. Akui! Di dalam menerima kekalahan perdebatan, Anda harus menunjukkan kebesaran hati Anda. Mengalah demi kebenaran, jangan bersikap konyol kekanakan demi kemenangan. Orang lain akan angkat topi karena Anda bijak dan bukannya ‘ngeyel’.

Mengalah Untuk Menang

Mengapa Anda boleh mengalah untuk menang? Kemenangan bukanlah segalanya. Ada hal - hal yang lebih baik yaitu melihat kenyataan, menemukan kebenaran dan menjaga kedamaian dalam hati Anda. Emosi dan kebencian tidak seharusnya merusak hubungan baik hanya karena masalah perbedaan pendapat. Berikut ini hal - hal yang dapat menjadi pertimbangan mengapa kita boleh mengalah untuk menang.

Tidak ada Kemenangan yang Hakiki

Dalam debat yang paling resmi sekalipun, ketika perdebatan usai pihak yang kecewa bisa jadi akan terus ‘berdengung’ dibelakang layar, mengungkapkan ketidakpuasan. Mengemukakan temuan - temuan lain mengapa ‘jagoannya’ kalah. Mereka tetap tidak mau mengakui bahwa Anda menang.

Berdebat Menuai Konflik

Dalam suasana persahabatan, debat terasa indah dan intim. Namun jarang ada perdebatan semacam ini khususnya diantara orang - orang yang tidak saling mengenal dengan baik. Yang terjadi justru menuai masalah berikutnya dan kita lalu menyesal karena telah mengucap kata - kata yang sebenarnya tak pantas.

Secara Legal Perselisihan Berakhir dalam Persidangan

Dalam masalah yang berlarut, perdebatan tak lagi dibutuhkan. Perselisihan kemudian masuk ke ranah hukum, dimana pengacara yang terlatih dan dewan juri akan memberikan keputusannya. Padahal mereka tidak terlibat langsung di dalam perselisihan. Jadi kenapa harus lelah berdebat jika pada akhirnya dapat berakhir demikian?

Perasaan Tak Dapat Didikte

Perasaan Anda tidak seharusnya didikte oleh orang lain. Seringkali orang akan menyerang perasaan Anda. Dengan mengatakan bahwa Anda mengada - ada, tidak rasional atau sensitif. Biarkan saja. Perasaan Anda sifatnya milik Anda pribadi, tidak terbantahkan dan tak dapat didikte. Jika Anda yakin dan itu adalah suara dari hati nurani Anda, acuhkan saja serangan orang lain tersebut.

Respek Tak Dapat Dipaksakan

Anda mengerti benar hingga dimana batas - batas Anda telah dilanggar oleh orang lain. Jika hal itu terjadi, Anda harus menetapkan dengan tegas mana yang tidak dapat ditoleransi oleh Anda. Yang tidak diperlukan adalah “menjelaskan” kepada mereka “mengapa”, karena kebutuhan Anda dan mereka tidak sama, tak dapat dipaksakan satu sama lain. Anda tidak butuh pendapat mereka dan sebaliknya mereka juga tidak rugi apapun hanya karena Anda tidak sependapat.

Berhentilah Memaksakan Pendapat

Berdebat itu intinya adalah memaksakan pendapat Anda demi mengontrol orang lain. Artinya Anda memaksa mereka berpikir, merasa dan berperilaku sesuai dengan yang Anda inginkan. Bukankah Anda sendiri akan terganggu, jika ada orang yang berlaku demikian pada Anda??

Berdiskusi secara sopan dan saling tukar opini dengan bersahabat rasanya lebih tepat dilakukan ketimbang debat kusir semata. Hidup seharusnya lebih bermakna untuk menyebarkan kebaikan, menjalin persahabatan dan menolong orang lain. Siapapun mereka! Hidup ini tidak abadi, sifatnya sementara, apa masih harus dirusak dengan benci dan angkara murka hanya karena adu kata - kata? Anda tidak harus selalu hadir dalam setiap perdebatan yang mengundang. Macan yang diam tetap ditakuti, sebaliknya anjing yang kebanyakan menggonggong akan dilempar!

Jasa Pembuatan/Konsultasi Skripsi,Tesis,Disertasi Olahdata di Surabaya
Segera Hubungi Kami :
Faid (Marketing PT KARUNIA MANDIRI CONSULTANT)
Email : karunia_mandiri@yahoo.com
Telp : (031) 8705532
No Hp : 085655015212 / 08123120611 / 031 70742999
atau di lokasi Karunia Mandiri Consultant
jln. Kedung Asem No 47 Rungkut Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar